Tidur Nyenyak: Senjata Potensial Melawan Alzheimer

19

Penelitian baru menunjukkan bahwa tidur nyenyak bisa menjadi senjata penting dalam melawan penyakit Alzheimer, bentuk paling umum dari demensia. Meskipun penelitian yang lebih luas diperlukan, temuan ini menawarkan harapan dan menyoroti pentingnya memprioritaskan kualitas tidur seiring bertambahnya usia.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari UC Berkeley, Stanford University, dan UC Irvine ini berfokus pada 62 orang lanjut usia yang sehat secara kognitif namun menunjukkan perubahan otak yang sering dikaitkan dengan penyakit Alzheimer. Perubahan ini biasanya melibatkan penumpukan protein amiloid-beta di otak, yang merupakan ciri khas dari kondisi ini.

Yang mengejutkan, terlepas dari tingkat pendidikan atau aktivitas fisik mereka – dua faktor yang diketahui berkontribusi terhadap kesehatan kognitif di kemudian hari – peserta yang tidur lebih nyenyak memiliki kinerja yang jauh lebih baik dalam tes memori. Efek positif ini tidak diamati pada mereka yang memiliki simpanan beta amiloid minimal. Intinya, mereka yang mengalami perubahan otak terkait Alzheimer tampaknya mendapat manfaat paling besar dari tidur nyenyak yang cukup.

“Bayangkan tidur nyenyak hampir seperti rakit penyelamat yang membuat ingatan tetap bertahan,” jelas ahli saraf UC Berkeley, Matthew Walker. “Hal ini sangat menarik karena kita dapat melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kualitas tidur, bahkan pada orang lanjut usia.”

Ini bukan pertama kalinya ditemukan hubungan antara tidur dan penyakit Alzheimer. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pola tidur yang terganggu dapat meningkatkan penumpukan amiloid-beta di otak. Namun, menentukan hubungan sebab-akibat yang jelas adalah hal yang rumit karena kurang tidur juga bisa menjadi gejala penyakit ini.

Bagaimana Tidur Nyenyak Dapat Melindungi Kesehatan Otak

Fokus penelitian pada gerakan mata non-cepat tidur gelombang lambat (tidur nyenyak) menyoroti hubungan rumit ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidur nyenyak mungkin memberikan jendela penting bagi otak untuk membersihkan produk limbah seperti amiloid-beta yang menumpuk di siang hari, sehingga mencegah efek buruk pada fungsi kognitif.

Yang penting, tim Walker menemukan bahwa bahkan dengan tingkat protein amiloid-beta yang tinggi, individu yang mengalami tidur nyenyak tampaknya terhindar dari penurunan memori yang sering dikaitkan dengan perkembangan penyakit Alzheimer. Hal ini menunjukkan efek perlindungan yang diberikan oleh tidur nyenyak yang cukup.

Kualitas Tidur Dibandingkan Kuantitas: Mengapa Itu Penting

Menariknya, penelitian ini juga memberi petunjuk mengapa hanya mengandalkan obat tidur mungkin tidak seefektif memprioritaskan kebiasaan tidur yang sehat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka yang menggunakan obat tidur sebenarnya memiliki tingkat amiloid-beta yang lebih rendah dalam cairan serebrospinal mereka. Namun, obat-obatan ini sering kali menyebabkan tidur lebih nyenyak dan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

“Salah satu faktor tersebut adalah tidur, dan khususnya tidur nyenyak,” kata rekan penulis studi Zsófia Zavecz, yang menekankan perubahan gaya hidup dibandingkan pengobatan. “Dengan tingkat patologi otak tertentu, Anda tidak ditakdirkan untuk mengalami gejala kognitif atau masalah memori.”

Zavecz merekomendasikan untuk menerapkan praktik seperti menghindari kafein di sore hari, melakukan olahraga teratur, membatasi waktu layar sebelum tidur, dan mandi air hangat untuk mendorong tidur nyenyak.

Meskipun penelitian lebih lanjut sangat penting, penelitian ini menawarkan bukti yang menggembirakan bahwa memprioritaskan tidur nyenyak bisa menjadi langkah yang ampuh dan dapat ditindaklanjuti untuk mengurangi risiko penyakit Alzheimer dan menjaga kesehatan kognitif seiring bertambahnya usia.

Попередня статтяEs yang Mencair, Risiko yang Meningkat: Bagaimana Perubahan Kutub Mengancam Kesehatan Global
Наступна статтяApakah Neanderthal Memudar atau Menjadi Kita?